Orang Jepang sangat menyukai peribahasa (kotowaza) dalam percakapan
sehari-hari. Peribahasa juga seringkali dijumpai dalam komik manga atau film
anime.Tidak ada satu kesempatan resmi, misalnya pidato pernikahan, pidato
penerimaan mahasiswa baru, pidato penerimaan pegawai baru, upacara pemakaman,
dan sebagainya, yang terlewat tanpa pengutipan satu dua peribahasa. Peribahasa
digunakan untuk menjelaskan suatu keadaan, memberikan semangat, menghibur hati,
menilai orang, bergosip, mengisahkan keindahan alam, dan sebagainya.
Demikianlah orang Jepang menghargai kekayaan bahasanya sendiri.
Bagi pembelajar tingkat dasar, peribahasa terasa sangat rumit dan sering dihindari oleh karena banyak istilah dan tata bahasa lama yang dipergunakannya tidak selalu persis sama dengan tata bahasa bahasa Jepang moderen. Padahal jika dijelaskan kata per kata, peribahasa Jepang akan terasa mudah dan menarik untuk dipelajari serta digunakan.
Sedangkan bagi seorang penerjemah bahasa Jepang, pengetahuan tentang peribahasa yang umum digunakan adalah wajib hukumnya. Setidaknya Anda tidak boleh alergi membaca penjelasan kamus dalam bahasa Jepang karena sangat jarang ada referensi penjelasan peribahasa Jepang dalam bahasa Inggris, apalagi bahasa Indonesia.
Berikutnya saya akan mencoba menjelaskan 5 kalimat peribahasa dengan menguraikan struktur penyusunnya. Lima kalimat tentu saja tidak banyak, namun kiranya cukuplah sebagai gerbang yang membuka jalan bagi Anda untuk berkenalan dengan peribahasa Jepang.
1. Asa meshi mae 朝飯前
Arti harafiah: sebelum sarapan.
Makna: mudah sekali.
Asal mula:
Pekerjaan yang mudah sekali sehingga bisa dilakukan dengan perut lapar sebelum makan nasi pagi hari.
Contoh kalimat:
Anna yatsu o makasu no wa asameshi mae sa. あんなやつを負かすのは朝飯前さ。
Terjemahan: Mengalahkan orang kayak gitu gampang banget, lagi.
2. Ken’en no naka 犬猿の仲
Arti harafiah: seperti monyet dan anjing.
Makna: musuh bebuyutan.
Asal kalimat: monyet dan anjing digambarkan selalu berkelahi dalam budaya Jepang.
Contoh kalimat:
Futari wa ken-en no naka dakara, tonari-doushi no seki ni shinaide kudasai. 二人は犬猿の仲だから、隣同士の席にしないでください。
Terjemahan: Kedua orang itu bagaikan kucing dan anjing, karena itu jangan ditempatkan di kursi yang bersebelahan.
3. Hi no kuruma. 火の車
Arti harafiah: gerobak berapi
Makna: keadaan keuangan yang sulit.
Asal kalimat: Keadaan terjepit karena tak punya uang digambarkan sebagai gerobak yang terbakar yang membawa orang-orang berdosa ke neraka.
Contoh kalimat:
Waga ya no daidokoro wa ‘hi no kuruma’ desu. 我が家の台所は火の車です。
Terjemahan: Keluarga kami dalam kesulitan keuangan.
4.Hame o hazusu 羽目を外す
Arti harafiah: melepas papan dinding
Makna: bersenang-senang sampai lupa diri.
Asal kalimat: Kurang jelas. Barangkali saking hebohnya, sampai papan dinding pun dilepas.
Contoh kalimat:
Hame o hazusu no mo ii kedo, ashita no shigoto ni hibikanai you ni ne. 羽目を外すのもいいけど、明日の仕事に響かないようにね。
Terjemahan: Boleh saja seru-seruan begitu tetapi jangan sampai mempengaruhi pekerjaan besok ya.
5. Heso de cha o wakasu. へそで茶を沸かす
Arti harafiah: mendidihkan teh dengan udel.
Makna: tertawa terbahak-bahak sampai tidak bisa berhenti karena sesuatu yang sangat lucu.
Asal kalimat: Kurang jelas. Tetapi membayangkan orang yang memasak seceret teh dengan udelnya itu lucu juga ya?
Contoh kalimat:
Sensei kara, heso de cha o wakasu hodo omoshiroi hanashi o kikimashita. 先生から、へそで茶を沸かすほど面白い話を聞きました。
Terjemahan: Dari guru, saya mendengar pembicaraan yang sangat lucu sampai saya tidak bisa berhenti tertawa.
Bagaimana? Bisakah Anda membayangkan bagaimana hasil terjemahan Anda jika Anda tidak mengetahui peribahasa Jepang? Pasti kacau dan asal jadi saja, bukan?
Sebuah peribahasa Jepang terbagi menjadi beberapa bentuk:
- Kata-kata bijak (言い習わし iinarawashi),
- Frase idiomatik (惯用 句 kan'yōku),
- Empat karakter idiom (四字 熟语 yojijukugo).
===============================
Contoh peribahasa jepang:
1. 案ずるより産むが易し。=> Anzuru Yori Umu ga Anzuru Yasushi.
Harfiah: Melahirkan seorang bayi lebih mudah daripada mengkhawatirkan tentang hal itu.
Arti: Ketakutan adalah lebih besar daripada bahaya. / Sebuah usaha kadang-kadang lebih mudah dari yang dicemaskan.
2. 知らぬが仏 => Shiranu ga hotoke.
Harfiah: Tidak tahu adalah Buddha.
Arti: Ketidaktahuan adalah kebahagiaan. / Lebih baik untuk tidak mengetahui kebenaran.
3. 見ぬが花 => Minu ga hana.
Harfiah: Tidak melihat adalah bunga.
Makna: Tidak seperti apa yang diharapkan. / Kenyataan tidak sesuai dengan imajinasi.
=================================
Ungkapan idiomatik :
1. 猫に小判 => Neko ni koban
Harfiah: koin emas untuk kucing.
Arti: Memberikan sesuatu yang bernilai kepada penerima yang tidak menghargainya.
2. 七転び八起き=> Nana korobi ya oki
Harfiah: jatuh tujuh, bangun delapan.
Arti: Jika pada awalnya tidak berhasil, coba, coba lagi.
3. 猿も木から落ちる => Saru mo Ki kara Ochiru
Secara harfiah: Bahkan monyet pun jatuh dari pohon
Artinya: Setiap orang bisa membuat kesalahan (Juga digunakan untuk memberi peringatan bahwa kebanggaan datang sebelum keruntuhan)
==================================
Empat karakter idiom :
1. 十人十色 => Jūnin toiro
Harfiah: sepuluh orang, sepuluh warna
Arti: Untuk masing-/ nya sendiri. / Garis kehidupan (nasib) berbeda-beda untuk setiap orang.
2. 悪 因 悪 果 => Akuin akka
Harfiah: jahat penyebab, efek jahat / buruk menyebabkan hasil yang buruk pula
Arti: Kejahatan akan menuai kejahatan. / Kau menuai apa yang kau tanam (menekankan ide tentang karma pembalasan).
3. 弱肉強食 => Jaku niku kyō shoku
Harfiah: lemah, daging; kuat, makan
Arti: Yang terkuat dialah yang akan bertahan
==================================
Apa hubungannya peribahasa suatu bangsa terhadap karakter, budaya dan nilai moral mereka?
Tentu saja ada. Hal ini setidaknya dapat dilihat dari beberapa kotowaza peribahasa yang dimiliki oleh bangsa Jepang. Beberapa di antaranya:
1. 人を見たら泥棒と思え => Hito wo mitara dorobou to omoe = Saat melihat orang asing, berpikirlah kau sedang melihat seorang pencuri. (Jangan percaya dengan orang asing/yang tidak kau kenal).
Peribahasa ini mencerminkan kurangnya rasa percaya mereka pada satu sama lainnya, terutama terhadap orang yang belum dikenal.
2. Tabi no haji wa kakisute = Buang rasa malumu saat dalam perjalanan.
Maksud dari peribahasa ini adalah "Tidak perlu merasa malu saat kau berada jauh dari rumah”.
Bagi orang Jepang, sanksi sosial berupa rasa malu adalah salah satu ketakutan terbesar mereka. Itulah mengapa orang Jepang bisa berperilaku lebh bebas saat mereka berada di luar negeri daripada di Jepang sendiri. Kenyataan ini dapat terlihat dari perilaku bangsa Jepang saat menjajah Indonesia dahulu. Mereka yang sangat kejam, penyiksa dan pembunuh di negeri orang dapat kembali menjadi ‘orang biasa’ saat mereka kembali kembali ke negerinya.
3. Ko wo suteru yabu aredo, oya wo suteru yabu nashi = Ada rumpun bambu di mana kamu bisa membuang anakmu sendiri, tapi tidak ada untuk membuang orang tuamu.
Maksud dari peribahasa ini adalah kewajiban terhadap orang tua jauh lebih besar daripada kewajiban pada anak. Peribahasa ini berasal dari praktek buang anak yang pernah menjadi trend di Jepang dulu!
4. 生き恥かくより、死ぬがまし => Iki hajikaku yori, shinu ga mashi = Lebih baik mati daripada hidup menanggung malu.
Orang Jepang memiliki budaya malu yang sangat besar, oleh karena itu lahirlah gerakan HARAKIRI.
============================================
Namun, ada pula kotowaza yang umum digunakan, seperti misalnya yg Jlun Buddy tuliskan berikut ini:
A. Dari Fathy Lingga Ananda:
1. Chiri mo tsumoreba yama to naru = Sedikit demi sedikit, lama-lama jd bukit.
2. Asa meshi mae= mudah sekali
3. Ken'en no naka = musuh bebuyutan
4. Kobo ni mo fude no ayamari = tak ada gading yg tdk retak
5. Uma no mimi ni nenbutsu = masuk kuping kiri, keluar kuping kanan.
----------------------
B. Dari Zie ちゃん:
1. Toki wa kane nari = waktu adalah uang
2. Ningen wa shinumono desu = manusia pasti mati
3. Koi wa momoku = cinta itu buta
4. Okane wa subete dewa nai = uang bukanlah segalanya.
5. yuu wa yasuku,okonau wa katashi = mengatakan mudah, melaksanakannya sulit.
---------------------
C. Dari Ois Singgih:
Nasake wa hito no tame narazu = berbuat baik itu bukan hanya buat orang lain, tapi bisa juga kembali ke diri kita.
----------------------
D. Dari Minami Kaze:
Ku wa Raku no Tane = Kesulitan adalah benih Kesenangan.
----------------------
E. Dari Raphael Hikaru:
1. Masaka no toki no tomo koso honto no tomo = Sahabat yang sesungguhnya ialah sahabat waktu dalam kesusahan
2. Ayamachi o aratameru ni habakaru nakare = Untuk memperbaiki kesalahan tidak harus takut )
3. Ishi no aru tokoro ni, hōhō ga aru = Dimana ada kemauan, disitu ada jalan.
4. Tokoro kawareba shira kawaru = Adat negeri selalu berlain-lainan .
5. Izen no koto wa mizu ni nagashimashō = Yang lalu biarlah berlalu.
6. momo kuri san-nen kaki hachi-nen = semua ada waktunya
7. kanashimi areba yorokobi ari = di mana ada kegembiraan, di situ juga ada kesedihan.
===================================================
Masih banyak KOTOWAZA lainnya , diantara yang sering kita dengar adalah sbb:
1. 弘法にも筆の誤り=> Koubou ni mo fude no ayamari => Setiap org bisa melakukan kesalahan.
2. 遅くとも、しないより増しである => Osokutemo, shinai yori mashi de aru => Lebih baik terlambat, daripada tidak sama sekali.
3. 亀の甲より年の功 => Kame no kou yori toshi no kou => Pengalaman adalah guru yang paling baik.
4. 意思あるところに道あり( Ishi aru tokoro ni michi ari) atau 精神一到何事か成らざらん (Seishin ittou nani goto kanarazaran) => Di mana ada kemauan, di situ ada jalan.
5. 雄弁は銀、沈黙は金 => Yuuben wa gin, chinmoku wa kin => Diam itu emas.
6. 有るは無いに勝る => Aru wa nai ni masaru => Lebih baik melakukan sesuatu daripada tidak sama sekali.
7. 逢うは別れの始め => Au wa wakare no hajime => Pertemuan adalah awal dari perpisahan.
8. 若い時は二度来ない => Wakai toki wa ni do konai => Masa muda tak datang dua kali.
9. 盛年重ねて来たらず => Sei nen kasanete kitarazu => Waktu yang telah berlalu tak bisa diputar ulang.
10. 失敗は成功の基 => Shippai wa seikou no moto => Kegagalan awal dari keberhasilan.
Tips Menerjemahkan: Tentukan Subjeknya
Tips untuk menerjemahkan bahasa Jepang ke dalam bahasa Indonesia, pertama, tentukan subjeknya. Mengapa? Kalimat dalam bahasa Jepang seringkali tidak menyebutkan subjek atau pelaku perbuatan yang dijelaskan dalam kalimat itu apabila sudah jelas atau bisa disimpulkan dari konteksnya. Apabila tidak ada keterangan pada kalimat lain, subjeknya adalah kata ganti orang pertama, yaitu “aku” atau “kita”.
Contoh kalimat:
いろいろと考えてみると、今の流れは「見栄えが一番」であるように思われる。
Iro iro to kan’gaete miru to, ima no nagare wa “mibae ga ichiban” de aru you ni omowareru.
Kalimat di atas terdiri dari dua anak kalimat, yaitu: いろいろと考えてみると dan 今の流れは「見栄えが一番」であるように思われる。
Perhatikan bahwa subjek kalimatnya tidak ada. Karena tidak ada, berarti subjeknya adalah “aku” atau penulis kalimat itu.
Anak kalimat pertama いろいろと考えてみると, jika dipecah unsur penyusunnya:
いろいろ iro iro = macam-macam
考えてみると kan’gaete miru to = jika mencoba berpikir
“jika mencoba berpikir macam-macam”
Sedangkan anak kalimat kedua 今の流れは「見栄えが一番」であるように思われる
今 ima = sekarang
流れ nagare = tren, kecenderungan
見栄え mibae = penampilan luar yang bagus
一番 ichiban = nomor 1
思われる omowareru, dari omou 思う = berpikir (secara objektif)
“berpikir tren sekarang ‘penampilan nomor satu’ “
Sekarang kita sudah paham maksud kalimat ini. Tiba saatnya menggunakan segenap kreativitas sebagai penerjemah nan mumpuni untuk menyusun kembali maksud kalimat tersebut ke dalam bahasa Indonesia.
Contoh:
1. Ketika aku mempertimbangkan berbagai hal dari berbagai sudut pandang, agaknya saat ini cenderung berlaku “tampang itu nomor satu.”
2. Apabila saya merenungkan dalam-dalam, kecenderungan yang berlaku adalah “tampak luar itu segalanya.”
3. Setelah kupikirkan dari berbagai sisi, aku merasa masyarakat kita cenderung mengutamakan penampilan di atas segalanya.
Dan lain lain
Bagi pembelajar tingkat dasar, peribahasa terasa sangat rumit dan sering dihindari oleh karena banyak istilah dan tata bahasa lama yang dipergunakannya tidak selalu persis sama dengan tata bahasa bahasa Jepang moderen. Padahal jika dijelaskan kata per kata, peribahasa Jepang akan terasa mudah dan menarik untuk dipelajari serta digunakan.
Sedangkan bagi seorang penerjemah bahasa Jepang, pengetahuan tentang peribahasa yang umum digunakan adalah wajib hukumnya. Setidaknya Anda tidak boleh alergi membaca penjelasan kamus dalam bahasa Jepang karena sangat jarang ada referensi penjelasan peribahasa Jepang dalam bahasa Inggris, apalagi bahasa Indonesia.
Berikutnya saya akan mencoba menjelaskan 5 kalimat peribahasa dengan menguraikan struktur penyusunnya. Lima kalimat tentu saja tidak banyak, namun kiranya cukuplah sebagai gerbang yang membuka jalan bagi Anda untuk berkenalan dengan peribahasa Jepang.
1. Asa meshi mae 朝飯前
Arti harafiah: sebelum sarapan.
Makna: mudah sekali.
Asal mula:
Pekerjaan yang mudah sekali sehingga bisa dilakukan dengan perut lapar sebelum makan nasi pagi hari.
Contoh kalimat:
Anna yatsu o makasu no wa asameshi mae sa. あんなやつを負かすのは朝飯前さ。
Terjemahan: Mengalahkan orang kayak gitu gampang banget, lagi.
2. Ken’en no naka 犬猿の仲
Arti harafiah: seperti monyet dan anjing.
Makna: musuh bebuyutan.
Asal kalimat: monyet dan anjing digambarkan selalu berkelahi dalam budaya Jepang.
Contoh kalimat:
Futari wa ken-en no naka dakara, tonari-doushi no seki ni shinaide kudasai. 二人は犬猿の仲だから、隣同士の席にしないでください。
Terjemahan: Kedua orang itu bagaikan kucing dan anjing, karena itu jangan ditempatkan di kursi yang bersebelahan.
3. Hi no kuruma. 火の車
Arti harafiah: gerobak berapi
Makna: keadaan keuangan yang sulit.
Asal kalimat: Keadaan terjepit karena tak punya uang digambarkan sebagai gerobak yang terbakar yang membawa orang-orang berdosa ke neraka.
Contoh kalimat:
Waga ya no daidokoro wa ‘hi no kuruma’ desu. 我が家の台所は火の車です。
Terjemahan: Keluarga kami dalam kesulitan keuangan.
4.Hame o hazusu 羽目を外す
Arti harafiah: melepas papan dinding
Makna: bersenang-senang sampai lupa diri.
Asal kalimat: Kurang jelas. Barangkali saking hebohnya, sampai papan dinding pun dilepas.
Contoh kalimat:
Hame o hazusu no mo ii kedo, ashita no shigoto ni hibikanai you ni ne. 羽目を外すのもいいけど、明日の仕事に響かないようにね。
Terjemahan: Boleh saja seru-seruan begitu tetapi jangan sampai mempengaruhi pekerjaan besok ya.
5. Heso de cha o wakasu. へそで茶を沸かす
Arti harafiah: mendidihkan teh dengan udel.
Makna: tertawa terbahak-bahak sampai tidak bisa berhenti karena sesuatu yang sangat lucu.
Asal kalimat: Kurang jelas. Tetapi membayangkan orang yang memasak seceret teh dengan udelnya itu lucu juga ya?
Contoh kalimat:
Sensei kara, heso de cha o wakasu hodo omoshiroi hanashi o kikimashita. 先生から、へそで茶を沸かすほど面白い話を聞きました。
Terjemahan: Dari guru, saya mendengar pembicaraan yang sangat lucu sampai saya tidak bisa berhenti tertawa.
Bagaimana? Bisakah Anda membayangkan bagaimana hasil terjemahan Anda jika Anda tidak mengetahui peribahasa Jepang? Pasti kacau dan asal jadi saja, bukan?
Sebuah peribahasa Jepang terbagi menjadi beberapa bentuk:
- Kata-kata bijak (言い習わし iinarawashi),
- Frase idiomatik (惯用 句 kan'yōku),
- Empat karakter idiom (四字 熟语 yojijukugo).
===============================
Contoh peribahasa jepang:
1. 案ずるより産むが易し。=> Anzuru Yori Umu ga Anzuru Yasushi.
Harfiah: Melahirkan seorang bayi lebih mudah daripada mengkhawatirkan tentang hal itu.
Arti: Ketakutan adalah lebih besar daripada bahaya. / Sebuah usaha kadang-kadang lebih mudah dari yang dicemaskan.
2. 知らぬが仏 => Shiranu ga hotoke.
Harfiah: Tidak tahu adalah Buddha.
Arti: Ketidaktahuan adalah kebahagiaan. / Lebih baik untuk tidak mengetahui kebenaran.
3. 見ぬが花 => Minu ga hana.
Harfiah: Tidak melihat adalah bunga.
Makna: Tidak seperti apa yang diharapkan. / Kenyataan tidak sesuai dengan imajinasi.
=================================
Ungkapan idiomatik :
1. 猫に小判 => Neko ni koban
Harfiah: koin emas untuk kucing.
Arti: Memberikan sesuatu yang bernilai kepada penerima yang tidak menghargainya.
2. 七転び八起き=> Nana korobi ya oki
Harfiah: jatuh tujuh, bangun delapan.
Arti: Jika pada awalnya tidak berhasil, coba, coba lagi.
3. 猿も木から落ちる => Saru mo Ki kara Ochiru
Secara harfiah: Bahkan monyet pun jatuh dari pohon
Artinya: Setiap orang bisa membuat kesalahan (Juga digunakan untuk memberi peringatan bahwa kebanggaan datang sebelum keruntuhan)
==================================
Empat karakter idiom :
1. 十人十色 => Jūnin toiro
Harfiah: sepuluh orang, sepuluh warna
Arti: Untuk masing-/ nya sendiri. / Garis kehidupan (nasib) berbeda-beda untuk setiap orang.
2. 悪 因 悪 果 => Akuin akka
Harfiah: jahat penyebab, efek jahat / buruk menyebabkan hasil yang buruk pula
Arti: Kejahatan akan menuai kejahatan. / Kau menuai apa yang kau tanam (menekankan ide tentang karma pembalasan).
3. 弱肉強食 => Jaku niku kyō shoku
Harfiah: lemah, daging; kuat, makan
Arti: Yang terkuat dialah yang akan bertahan
==================================
Apa hubungannya peribahasa suatu bangsa terhadap karakter, budaya dan nilai moral mereka?
Tentu saja ada. Hal ini setidaknya dapat dilihat dari beberapa kotowaza peribahasa yang dimiliki oleh bangsa Jepang. Beberapa di antaranya:
1. 人を見たら泥棒と思え => Hito wo mitara dorobou to omoe = Saat melihat orang asing, berpikirlah kau sedang melihat seorang pencuri. (Jangan percaya dengan orang asing/yang tidak kau kenal).
Peribahasa ini mencerminkan kurangnya rasa percaya mereka pada satu sama lainnya, terutama terhadap orang yang belum dikenal.
2. Tabi no haji wa kakisute = Buang rasa malumu saat dalam perjalanan.
Maksud dari peribahasa ini adalah "Tidak perlu merasa malu saat kau berada jauh dari rumah”.
Bagi orang Jepang, sanksi sosial berupa rasa malu adalah salah satu ketakutan terbesar mereka. Itulah mengapa orang Jepang bisa berperilaku lebh bebas saat mereka berada di luar negeri daripada di Jepang sendiri. Kenyataan ini dapat terlihat dari perilaku bangsa Jepang saat menjajah Indonesia dahulu. Mereka yang sangat kejam, penyiksa dan pembunuh di negeri orang dapat kembali menjadi ‘orang biasa’ saat mereka kembali kembali ke negerinya.
3. Ko wo suteru yabu aredo, oya wo suteru yabu nashi = Ada rumpun bambu di mana kamu bisa membuang anakmu sendiri, tapi tidak ada untuk membuang orang tuamu.
Maksud dari peribahasa ini adalah kewajiban terhadap orang tua jauh lebih besar daripada kewajiban pada anak. Peribahasa ini berasal dari praktek buang anak yang pernah menjadi trend di Jepang dulu!
4. 生き恥かくより、死ぬがまし => Iki hajikaku yori, shinu ga mashi = Lebih baik mati daripada hidup menanggung malu.
Orang Jepang memiliki budaya malu yang sangat besar, oleh karena itu lahirlah gerakan HARAKIRI.
============================================
Namun, ada pula kotowaza yang umum digunakan, seperti misalnya yg Jlun Buddy tuliskan berikut ini:
A. Dari Fathy Lingga Ananda:
1. Chiri mo tsumoreba yama to naru = Sedikit demi sedikit, lama-lama jd bukit.
2. Asa meshi mae= mudah sekali
3. Ken'en no naka = musuh bebuyutan
4. Kobo ni mo fude no ayamari = tak ada gading yg tdk retak
5. Uma no mimi ni nenbutsu = masuk kuping kiri, keluar kuping kanan.
----------------------
B. Dari Zie ちゃん:
1. Toki wa kane nari = waktu adalah uang
2. Ningen wa shinumono desu = manusia pasti mati
3. Koi wa momoku = cinta itu buta
4. Okane wa subete dewa nai = uang bukanlah segalanya.
5. yuu wa yasuku,okonau wa katashi = mengatakan mudah, melaksanakannya sulit.
---------------------
C. Dari Ois Singgih:
Nasake wa hito no tame narazu = berbuat baik itu bukan hanya buat orang lain, tapi bisa juga kembali ke diri kita.
----------------------
D. Dari Minami Kaze:
Ku wa Raku no Tane = Kesulitan adalah benih Kesenangan.
----------------------
E. Dari Raphael Hikaru:
1. Masaka no toki no tomo koso honto no tomo = Sahabat yang sesungguhnya ialah sahabat waktu dalam kesusahan
2. Ayamachi o aratameru ni habakaru nakare = Untuk memperbaiki kesalahan tidak harus takut )
3. Ishi no aru tokoro ni, hōhō ga aru = Dimana ada kemauan, disitu ada jalan.
4. Tokoro kawareba shira kawaru = Adat negeri selalu berlain-lainan .
5. Izen no koto wa mizu ni nagashimashō = Yang lalu biarlah berlalu.
6. momo kuri san-nen kaki hachi-nen = semua ada waktunya
7. kanashimi areba yorokobi ari = di mana ada kegembiraan, di situ juga ada kesedihan.
===================================================
Masih banyak KOTOWAZA lainnya , diantara yang sering kita dengar adalah sbb:
1. 弘法にも筆の誤り=> Koubou ni mo fude no ayamari => Setiap org bisa melakukan kesalahan.
2. 遅くとも、しないより増しである => Osokutemo, shinai yori mashi de aru => Lebih baik terlambat, daripada tidak sama sekali.
3. 亀の甲より年の功 => Kame no kou yori toshi no kou => Pengalaman adalah guru yang paling baik.
4. 意思あるところに道あり( Ishi aru tokoro ni michi ari) atau 精神一到何事か成らざらん (Seishin ittou nani goto kanarazaran) => Di mana ada kemauan, di situ ada jalan.
5. 雄弁は銀、沈黙は金 => Yuuben wa gin, chinmoku wa kin => Diam itu emas.
6. 有るは無いに勝る => Aru wa nai ni masaru => Lebih baik melakukan sesuatu daripada tidak sama sekali.
7. 逢うは別れの始め => Au wa wakare no hajime => Pertemuan adalah awal dari perpisahan.
8. 若い時は二度来ない => Wakai toki wa ni do konai => Masa muda tak datang dua kali.
9. 盛年重ねて来たらず => Sei nen kasanete kitarazu => Waktu yang telah berlalu tak bisa diputar ulang.
10. 失敗は成功の基 => Shippai wa seikou no moto => Kegagalan awal dari keberhasilan.
Tips Menerjemahkan: Tentukan Subjeknya
Tips untuk menerjemahkan bahasa Jepang ke dalam bahasa Indonesia, pertama, tentukan subjeknya. Mengapa? Kalimat dalam bahasa Jepang seringkali tidak menyebutkan subjek atau pelaku perbuatan yang dijelaskan dalam kalimat itu apabila sudah jelas atau bisa disimpulkan dari konteksnya. Apabila tidak ada keterangan pada kalimat lain, subjeknya adalah kata ganti orang pertama, yaitu “aku” atau “kita”.
Contoh kalimat:
いろいろと考えてみると、今の流れは「見栄えが一番」であるように思われる。
Iro iro to kan’gaete miru to, ima no nagare wa “mibae ga ichiban” de aru you ni omowareru.
Kalimat di atas terdiri dari dua anak kalimat, yaitu: いろいろと考えてみると dan 今の流れは「見栄えが一番」であるように思われる。
Perhatikan bahwa subjek kalimatnya tidak ada. Karena tidak ada, berarti subjeknya adalah “aku” atau penulis kalimat itu.
Anak kalimat pertama いろいろと考えてみると, jika dipecah unsur penyusunnya:
いろいろ iro iro = macam-macam
考えてみると kan’gaete miru to = jika mencoba berpikir
“jika mencoba berpikir macam-macam”
Sedangkan anak kalimat kedua 今の流れは「見栄えが一番」であるように思われる
今 ima = sekarang
流れ nagare = tren, kecenderungan
見栄え mibae = penampilan luar yang bagus
一番 ichiban = nomor 1
思われる omowareru, dari omou 思う = berpikir (secara objektif)
“berpikir tren sekarang ‘penampilan nomor satu’ “
Sekarang kita sudah paham maksud kalimat ini. Tiba saatnya menggunakan segenap kreativitas sebagai penerjemah nan mumpuni untuk menyusun kembali maksud kalimat tersebut ke dalam bahasa Indonesia.
Contoh:
1. Ketika aku mempertimbangkan berbagai hal dari berbagai sudut pandang, agaknya saat ini cenderung berlaku “tampang itu nomor satu.”
2. Apabila saya merenungkan dalam-dalam, kecenderungan yang berlaku adalah “tampak luar itu segalanya.”
3. Setelah kupikirkan dari berbagai sisi, aku merasa masyarakat kita cenderung mengutamakan penampilan di atas segalanya.
Dan lain lain
Tidak ada komentar:
Posting Komentar